You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Lamajang
Desa Lamajang

KEC. Pangalengan, KAB. Bandung, Provinsi Jawa Barat

jangan terlalu berharap ke pada siapapun, curigailah mereka yang baik ke padamu

TRADISI WUKU TAUN RUMAH ADAT CIKONDANG

17 September 2019 Dibaca 2.678 Kali
TRADISI WUKU TAUN RUMAH ADAT CIKONDANG

           Tradisi Wuku Taun dan Mapag Taun berlangsung akhir pada Hari Senin tanggal 16 september 2019  di Kampung Adat Cikondang, Kabupaten Bandung. Ada santapan khusus yang disajikan di sana.
Upacara adat tasyakur binimah Wuku Taun dan Mapag Taun warga Kampung Adat Cikondang berjalan dengan lancar. Peringatan Wuku dan Mapag Taun ini diselenggarakan setiap tahun dan sudah berjalan empat abad. Upacara itu berlangsung di dalam rumah adat selama 30 menit di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 
                     Meski tanpa disinari cahaya lampu dan harus bergelap-gelapan puluhan warga adat sangat khusyuk dalam melantunkan ayat-ayat suci Al Quran yang dibarengi dengan pemanjatan doa kepada Allah SWT. Usai pelaksanaan upacara adat dilanjutkan menyantap sajian beragam makanan tradisional yang disuguhkan untuk para tamu yang hadir
, para tamu yang hadir nampak antusias saat para wanita Kampung Adat Cikondang menyodorkan makanan tradisional. Sebelum disuguhkan tumpeng, ada makanan pembuka yang wajib dicicipi oleh para tamu yaitu rujak si madu atau biasa disebut Rujak suro dan minuman berbahan baku gula merah, pisang emas, nanas dan kelapa disajikan dalam secangkir gelas seng.   Dilanjutkan dengan mencicipi makanan tradisional seperti cau, opak berem, opak bodas, borondong, ampeang, wajit, buntir, angleng, peyeum, pupuntir dan dodol yang dibungkus menggunakan konca atau daun pisang dan ditutup dengan menyantap tiga jenis nasi tumpeng dan ayam sayur.
                     Anom Juhana juru kunci keturunan kelima Kampung Adat Cikondang mengatakan sajian makanan tradisional itu tidak hanya disuguhkan untuk warga adat saja, melainkan untuk warga sekitar dan tamu yang datang pada upacara adat tersebut."Beragam makanan tradisional kami suguhkan untuk para tamu yang dipersiapkan sejak tanggal 1 Muharam," kata Juhana.
Juhana menambahkan, beragam jenis makanan tradisional itu merupakan ciri khas Kampung Cikondang, sedangkan untuk konca yang digunakan sebagai bungkus beragam jenis makanan tradisional itu mempunyai arti jika memberi makanan kepada orang (tempat makanan) harus bersih.
"Kan kalau makanan itu dibungkus menggunakan daun pisang jadi bersih," tambahnya.
Juhana mengungkapkan, dalam upacara adat itu disuguhkan tiga jenis tumpeng yang sarat akan makna di antaranya tumpeng ketan dan ayam putih, tumpeng beras putih dan ayam hitam, serta tumpeng beras merah dan ayam hawuk (bulu warna abu).
                 Pada pelaksanaan upacara adat tumpeng itu ditutup menggunakan kain putih yang digelar di ruang tengah rumah adat. Ada yang unik dalam pembuatan tumpeng itu, setiap satu jenis tumpeng dibuat oleh seorang warga adat perempuan dan syarat harus berpuasa."Tiga jenis tumpeng mengandung arti dan sarat akan makna. Putih berarti harus bersihkan hati, hitam harus hideung (mandiri/berinisiatif) dalam melakukan pekerjaan dan hawuk (bulu warna abu) ulah hawek (tidak boleh serakah) mau itu dalam urusan warisan atau mencari ilmu," ungkapnya.
Ada yang unik dalam menyantap sajian makanan yang disuguhkan. Kita disuguhkan satu gelas rujak si madu yang dapat menyegarkan tenggorokan. Dilanjutkan dengan menyantap tumpeng tiga rasa dan ayam sayur.
Untuk menyantap tumpeng dan ayam sayur tersebut ada adab tersendiri yang harus dilakukan bagi siapa saja yang menyantapnya. Kita akan disuguhkan dua piring seng yang berisikan sayur ayam kampung dan tumpeng tiga rasa.
Adab yang harus dilakukan kita tidak boleh mecampurkan sayur ayam tersebut ke piring yang berisikan nasi tumpang. Cara menyantapnya dengan menyendokan nasi ke kuah sayur ayam.
Sebetulnya tidak ada yang salah dengan cara makan seperti itu. Cara tersebut dilakukan bilamana nasi tersebut tidak habis dimakan dapat disimpan kembali, beda lagi jika sudah tercampur kuah sayur maka nasi tidak bisa di makan lagi, jadi tidak mubazir.
                  Pada upacara adat kali ini, Kampung Adat Cikondang membuat 900 konca makanan tradisional dan 220 konca tumpeng tiga rasa yang akan dibagikan kepada warga yang tinggal di sekitar kampung adat.
Meski terlihat tidak ada yang istimewa dari makanan tersebut, sering kita temui warga sekitar selalu menanti-nantikan makanan yang hanya ada setahun sekali tersebut.

 

isma81

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image