Kampung Adat Cikondang dikenal dengan hutannya yang keramat dan mitos-mitos setempat yang masih dipercaya. Masyarakat sekitar punya aturan yang kurang bisa diterima nalar. Seperti aturan melepas sandal saat memasuki Hutan Larangan.
Ketika memasuki Hutan Larangan, pengunjung diharuskan untuk melepas sandal atau alas kaki. Yang tidak boleh dilanggar juga, masuk lah dengan melangkahkan kaki kanan terlebih dahhulu. Jika dipikir-pikir, aturan seperti ini kurang bisa diterima nalar di zaman yang serba modern. Di dalam kawasan hutan terdapar melati purba yang berusia sekitar 360 tahun. Uniknya, saat melati purba ini mekar, aroma wangi akan tercium di seisi kampung.
Untuk menjaga keberadaan melati purba dan tumbahan lain yang ada di dalamnya, maka setiap pengunjung memang harus mematuhi aturan yang ada. Seperti melepas sandal. Bahkan, Hutan Larangan tidak bisa dikunjungi setiap saat. Pada hari Selasa, Jumat, dan Sabtu, Hutan Larangan ini tidak boleh dikunjungi oleh siapapun. Selain itu, umat beragama non muslim dan wanita yang sedang menstruasi pun dilarang memasuki hutan ini.
Ada satu hal lagi yang unik, memotret di Hutan Larangan Kampung Adat Cikondang ini pun tidak bisa sembarangan. Ada aturan yang harus dipatuhi. Salah satunya, hanya boleh memotret pada hari-hari tertentu, Minggu, Senin, Rabu, dan Kamis.
Hutan Larangan yang menjadi bagian paling menarik perhatian banyak orang tidak bisa dikunjungi setiap saat. Datanglah pada hari Minggu, Senin, Rabu, dan Kamis. Untuk para wanita, pastikan juga sedang tidak berhalangan saat ke tempat ini. Satu hal lagi, Hutan Larangan ini hanya diperuntukan untuk umat musli
creative by isma